Family Khairul Rashidi: Kemewahan Membawa Kehancuran

Kemewahan Membawa Kehancuran

Terjemahan Surah al-Isra` ayat 16 - 21

(16) Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.


(17) Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hambaNya.

(18) Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.

(19) Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.

(20) Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.

(21) Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.

Mukaddimah:

Kemakmuran dan kemewahan hidup adalah menjadi impian semua insan. Islam menggalakkan umatnya agar kaya dan hidup senang. Nabi bersabda: “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Yang penting jangan sampai kemewahan akhirnya membuat kita lupa mengingati Allah.

Kufur nikmat bukan saja dapat menghancurkan diri seseorang tetapi juga boleh menghancurkan negeri atau negara. Dan jika penduduk suatu negeri diberi kemewahan, tetapi semakin makmur hidupannya semakin durhaka kepada Allah, itu suatu pertanda bahwa azab Allah sudah sangat hampir dengan mereka. Wal’iyadzu Billah. Perhatikanlah tafsir ayat-ayat berikut.

Tafsiran Ayat:

Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu

Maksudnya: Jika hampir tiba masa kehancuran suatu negeri sebagaimana telah ditetapkan sejak azali maka Kami tidak segera menurunkan siksaan ke atasnya, tetapi Kami akan suruh orang-orang yang hidup mewah dalam negeri itu supaya taat kepada perintah Kami, lalu mereka durhaka dan ingkar terhadap perintah Kami. Suruhan Allah tidak mereka lakukan, malahan mereka bergelimang dengan maksiat dan dosa.

Kata ( أَمَرْنَا ) dalam ayat di atas ada dua maknanya:

i. Kami perintahkan (ini sebagaimana maksud di atas)
ii. Kami banyakkan (yakni: Kami banyakkan orang-orang yang hidup dengan mewah lalu mereka durhaka kepada Allah).

Allah SWT khususkan menyebut “Orang-orang yang hidup mewah” di sini karena pada kebiasaannya merekalah golongan yang segera terlibat dengan kejahatan dan mereka lebih mampu untuk sampai ke jalan maksiat yang mungkin tidak mampu untuk dilakukan oleh orang awam yang hidupnya miskin.

maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya

Maksudnya: Jika perkara di atas telah berlaku pada sesuatu negeri maka sudah sepatutnya kalau Allah hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Sebagai balasan yang setimpal di atas kedurhakaan mereka. Kemewahan yang sepatutnya disyukuri dengan mempertingkatkan ubudiah dan kepatuhan mereka kepada Allah, tetapi sebaliknya mereka “kufur nikmat”.

Sungguh tepat janji Allah SWT dalam firmanNya:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”.
(Ibrahim 14:7)

Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hambaNya

Maksudnya: Sungguh Kami telah binasakan umat yang banyak sebelum kamu bermula dari umat Nabi Muh hingga ke zaman kamu ini ketika mereka berbuat durhaka terhadap ayat-ayat Allah dan mendustakan Rasul-rasulNya. Kamu tidaklah lebih mulia di sisi Allah jika dibandingkan dengan mereka. Oleh itu waspadalah selalu, azab Allah juga boleh menimpa kamu sebagaimana ia telah menimpa umat terdahulu jika kamu memiliki sifat yang serupa, iaitu durhaka terhadap perintah Allah.

Ayat ini adalah amaran keras (tahdid) dari Allah ke atas orang yang mendustakan Rasul dan ajarannya. Dan ayat ini juga menjadi hiburan (tasliah) untuk Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) serta para pendakwah sesudahnya bahwa dosa orang-orang yang menentang kebenaran tetap dalam pengetahuan Allah Yang Maha Esa dan kelak akan dibalasi oleh Allah setimpal dengan amalan mereka.

Pada ayat berikutnya pula Allah membagi manusia kepada dua golongan:

i. Golongan yang menghendaki kehidupan duniawi
ii. Golongan yang menghendaki kehidupan akhirat

Golongan Pertama

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki

Maksudnya: Sesiapa yang bertungkus-lumus bekerja hanya untuk mencari kesenangan di dunia ini saja, dia tidak yakin adanya Hari Pembalasan dan tidak mengharapkan ganjaran pahala di alam akhirat, malahan tidak merasa takut dengan azab Allah di atas maksiat yang ia lakukan… niscaya Allah akan segerakan pemberian rezkiNya kepada orang tersebut di dunia ini iaitu Allah akan berikan kepadanya kemewahan hidup.

Kata ( لِمَنْ نُرِيْدُ ) : “bagi orang yang Kami kehendaki”. Kata ini memberi isyarat bahwa kejayaan di dunia tidak dapat dicapai oleh setiap orang yang menghendakinya. Berapa banyak orang kafir lagi sesat yang mengabaikan ajaran agama karena ingin mencari kesenangan dunia ternyata mereka juga kecewa; agama luput dari mereka dan dunia yang dikejar juga luput.

dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir

Maksudnya: Orang yang hanya mengharapkan kesenangan dunia sebagaimana sifat-sifatnya di atas akan ditempatkan oleh Allah dalam neraka Jahannam. Ayat ini mengisyaratkan bahwa siksaan yang akan mereka rasakan itu mencakupi tiga aspek:

i. Mereka kekal di dalam Jahannam. ( ثُمَّ جَعَلْنَالَهُ جَهَنَّمَ يَصْلـٰهَا )

ii. Mereka memasukinya dalam keadaan terhina ( مَذْمُوْمًا )

iii. Mereka jauh dari rahmat Allah (مَدْحُوْرًا )

Golongan Kedua

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik

Maksudnya: Sesiapa yang menginginkan kehidupan akhirat dan ia bekerja keras mermperbanyak bekal agar hidup bahagia di alam akhirat. Dia melakukan apa yang disuruh oleh Allah dan dia menjauhi apa yang dilarangNya serta ia meyakini dan mengharap bahwa Allah akan memberinya ganjaran yang besar atas usahanya itu di akhirat nanti… Insya Allah orang tersebut akan dibalasi oleh Allah dengan balasan yang baik atas segala amal saleh yang dilakukannya ketika di dunia. Malahan lebih baik daripada itu, Allah juga akan menghapuskan dosa-dosanya dan akan memasukannya ke dalam syorgaNya.

Hanya saja dalam ayat di atas seolah-olah ada isyarat yang tersirat bahwa balasan tersebut hanya akan diperolehinya jika memenuhi tiga syarat, iaitu:

1. Amalan yang dilakukan itu hendaklah dengan niat ikhlas serta semata-mata karena didorong ingin mentaati Allah dan mengharap ganjaran di akhirat.
(مَنْ اَرَادَا اْلآخِرَةَ )

2. Hendaklah amalan yang dilakukannya itu amalan yang boleh menyampaikannya kepada pahala di akhirat. Hal ini tidak mungkin tercapai kecuali jika ia melakukan ketaatan dan taqarrub kepada Allah; bukan amal syirik, khurafat, bid’ah atau maksiat. ( وَسَعَ لَهَا سَعْيَهَا )

3. Dia hendaklah seorang yang beriman karena iman adalah salah satu syarat amalan diterima Allah. ( وَهُوَ مُؤْمِنٌ )


Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi

Maksudnya: Allah tidak membeda-bedakan antara dua golongan di atas terhadap rezki di dunia. Sebagaimana golongan yang mengharapkan akhirat boleh hidup mewah, kaya raya, mempunyai zuriyat di dunia ini, maka golongan yang mengharapkan hanya dunia juga akan diberi oleh Allah rezki tersebut. Sebab yang menjadi ukuran kejayaan dunia ialah usaha, bukan niat. Tetapi nasib mereka di akhirat akan berbeda sebagaimana keterangan di atas.

Dan untuk membuktikan hakikat di atas berikut ini Allah SWT menjelaskan lagi:

Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain)

Maksudnya: Lihatlah pemberian Kami kepada dua golongan itu. Sebagaimana Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain, Kami lebihkan rezki kepada mukmin dari kafir dan kadang-kadang sebaliknya, Kami juga lebihkan antara satu kafir dari kafir yang lain.

Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya

Maksudnya: Perbedaan tingkat atau derjat di akhirat nanti pasti lebih ketara dan lebih besar jika dibandingkan dengan perbedaan derjat mereka di dunia. Ada sebahagian mereka yang ditempatkan di tingkat yang paling bawah dari neraka Jahannam dan dibelenggu pula dengan rantai besi. Dan ada pula yang ditempatkan dalam syurga yang paling tinggi penuh dengan segala kenikmatan dan keseronokan. Dan tiap-tiap golongan mempunyai tingkat masing-masing di akhirat sesuai dengan amalan merekaketika di dunia dulu.

Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dari Al-Hasan, katanya: Telah berhimpun manusia di depan pintu Umar Ibnu Al-Khattab (ra). Dan di antara mereka Suhail Bin ‘Amr Al-Quraisy (salah seorang pemimpin pada zaman Jahiliyah), Abu Sofyan Bin Harb dan beberapa pemimpin Quraisy lainnya. Lalu Umar (ra) mengizinkan dan mempersilakan Shuhaib, Bilal dan pejuang-pejuang perang Badar yang sangat beliau kasihi dan hormati.

Melihat keadaan demikian lalu Abu Sofyan Bin Harb berkata: Aku tidak pernah melihat seperti apa yang berlaku pada hari ini, dia (‘Umar) persilakan hamba-hamba sahaya itu dan dia sedikitpun tidak menoleh pada kita yang duduk ini? Lalu Suhail Bin ‘Amr (beliau pemimpin yang lebih cerdik) menjawab:

“Wahai kaumku, sesungguhnya aku, demi Allah, aku melihat sesuatu pada wajah-wajah kamu. Sekiranya kamu murka, maka murkalah kepada diri kamu sendiri. Mereka diseru dan kitapun diseru (kepada Islam). Mereka segera menyahut seruan itu dan kita pula lambat menerimanya. Ini hanya pintu ‘Umar, dan bagaimana pula perbedaan kedudukan kita dengan mereka di akhirat nanti? Dan sekiranya kita sudah mula iri hati kepada mereka di depan pintu ‘Umar, maka apa yang disediakan oleh Allah untuk mereka di dalam syurga nanti adalah lebih hebat lagi”.

Kesimpulan:

1. Kemewahan hidup di dunia jika tidak disyukuri, bukan saja akan membinsakan diri tetapi juga boleh membawa kehancuran kepada negeri dan negara.

2. Manusia terbagi pada dua golongan, iaitu:

i. Golongan Yang menghendaki dunia semata-mata
ii. Golongan yang lebih menghendaki dan mengutamakan akhirat.

3. Kemewahan duniawi sangat ditentukan oleh usaha, tetapi kelebihan di akhirat mestilah dengan usaha dan niat.

08 Ogos 2007
Ustaz Dr. Abdullah Yasin
http://www.al-nidaa.com.my/

0 comments:

Post a Comment